Selasa, 29 Oktober 2013

Pondok Uyi dan Imi

http://on.fb.me/16juGjJ
Pondok ini sudah ada sejak tahun 2008. Waktu itu adek Imi baru lahir dan kami pulang kampung ke Gelumbang. Entahlah, apa alasan Yai bikin pondok ini? Yang pasti, semenjak itu kami memutuskan tinggal di Gelumbang. Kami tinggal di rumah Nyai, karena rumah Yai ada di Prabumulih.

Kalo dihitung-hitung, sejak tahun 2008 sampai dengan saat ini kami sudah 5 tahun tinggal di Gelumbang. Kalo dihitung-hitung lagi berarti ada 60 bulan lebih. Tapi kalo menurut catatan ayah, persisnya sudah 67 bulan.


Ayah mengalami kesulitan tinggal di sini, katanya... Gelumbang sekarang beda dengan Gelumbang dulu saat ayah masih kecil. Ibu bilang... Wajar dong, Yah! Gelumbang kan sebentar lagi mau jadi kabupaten. Kalo nggak berubah, terus gimana, dong? Masak mau begini-begini terus?

Baru-baru ini Ayah dan Yai sedang membahas tentang rencana renovasi rumah lama Nyai. Itu kami lakukan supaya ada penyegaran sedikit. Yang jadi pertanyaan, kami akan renovasi dengan gaya apa? Ayah dan ibu ingin punya rumah seperti yang mereka lihat di Malang. Kata Nenek, rumah itu adalah milik seorang Dokter, yang khabarnya juga anak seorang mantan Menteri di Republik ini. Ayah dan ibu nggak suka gaya minimalis, soalnya kami kan tinggal di kampung. Gak nyaman, terlalu ngejomplang.

Kata ayah, biar ada jalan tengah, kita perlu bikin dengan gaya penggabungan modern dan kampung. Seperti apakah jadinya? Kata ayah, sabar dululah! Ayah belum dapat wangsit buat main program arsitek lagi.

Capek, deh! Ayah ini perhitungan banget kalo masalah konsep. Kalo dia belum ketemu yang menurut dia pas, dia nggak akan memulai.

CATATAN : Gue nulis ini dari sudut pandang Uyi dan Imi. Jika Uyi dan Imi yang menulis kisah ini.


Minggu, 27 Oktober 2013

Cinta Itu Sompret


1. VW combie biru

2. Tengens

3. Kita suka menepis kenyataan bahwa, cinta itu ada

4. Lo adalah impian yang jadi kenyataan

5. Nindy

6. Cinta tanpa arah

https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/394504795551068160

7. Hati ini untuk cinta

https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/394525518600482816

8. Kami tidak sakit, kami cinta

https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/394577002860003330

9. Trauma di dalam cinta

https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/394804999345025024

10. Deskripsi cinta dari panca indera

https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/394905494499753984

11. Realistis versus mimpi
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/395219951360823296

12. Cinta itu tinja
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/395335040013324288


13. Cinta itu bukan seks
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/395557057996152832

14. Sompret
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/395599197128253440

15. Satu ngilang, satu lagi minggat
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/395668560061542400

16. Antara cewek brosur dan kuliah
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/395744806137102336

17. Butuh inspirasi baru
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/395831015127523329

18. Jodoh itu temen hidup
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/395841343844397056

19. Yang terbaik dari kami
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/396443924652236800

20. Pete untuk cinta
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/396739270288744448

21. Suatu saat kita akan sendiri
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/396928642707513344

Jumat, 18 Oktober 2013

Joni Eep


Ini adalah cerita Imi tentang seseorang di sekolahnya. Namanya Joni Eep. Joni ini suka jagain pagar sekolah. Jadi kalo Imi berangkat sekolah telat, pagar sekolahnya akan ditutup. Si Joni Eep inilah yang menutup pagar sekolah itu.

Joni Eep itu cowok. Setiap hari pakai baju ijo. Rambutnya lurus, nafasnya bau, pokoknya menyeramkan-lah (mulai didramatisir). Joni punya gigi yang nggak beres, jadi kalo dia nyengir, anak-anak yang melihatnya langsung merinding. Makanya jangan suka telat datang ke sekolah, nanti pagarnya ditutup sama Joni Eep.

Jreng! Jreng! Jreng!

Kamis, 17 Oktober 2013

Kikien Kinanthi


... Ini menunjukkan bahwa gue teledor. Seperti menampar ke muka sendiri, karena gue sebelumnya mengkritik Nyonya karena dia teledor. Padahal pada kenyataannya, gue juga teledor. Artinya, memang manusia gak pernah luput dari yang namanya kekurangan. #Pusing2Amat

Yang paling bikin gw mikir adalah, kebiasaan saling menyalahkan sesama pasangan. Padahal orang yang paling mengerti kita di dunia ini, ya... Siapa lagi kalau bukan pasangan kita sendiri? Apalagi kayak gue, nyaris 11 tahun kami menikah, melewati entah berapa kali pertengkaran, masak masalah ATM aja bisa bikin heboh? Kan, nggak lucu. Kecuali itu bisa dijadikan cerita dan jadi duit, baru keren. Hehe... Bener juga, ya?

Gue selalu ingat satu hal, bahwa gue nggak akan begini tanpa istri gue (Kinanthi). Waktu gue kere dan pengen buktiin ke orangtua, bahwa gue bisa kok mandiri, orang yang paling ngerti gue ya Kinanthi. Kita hidup di ruangan 3 x 5 meter, dan bermimpi agar bisa punya rumah. Kalo inget kondisi saat itu, miris banget rasanya. Gue aja sampe malu sendiri ngakuin gue tinggal dimana. Tapi paling nggak, hal itu bisa jadi pelajaran buat siapa pun, bahwa gue dan Kinanthi udah pernah ngerasain yang namanya susah, dipandang remeh sama orang, macem-macemlah.

Gue inget salah satu teman dulu (ngakunya sih anak pensiunan bank ngetooobs) bercerita tentang pernikahannya yang menghabiskan biaya sekian juta. Hehe, pikir gue. Gue nikah dihadiri tangan kanan Presiden dan Gubernur anteng-anteng aja. Dia juga cerita kalo dibelikan rumah sama orangtuanya, dimodalin-lah. Pikir gue, gue udah dari zaman kuliah ditawarin mobil ama bokap, gue aja gak mau. Pokoknya kalo liat dia tengil gitu bawaannya pengen bejek2 aja (waktu itu, lho). Untung gue ditenangin sama Kinanthi.

Kinanthi selalu menerima gue apa adanya. Kalo dia minta ini dan minta itu ya wajarlah, namanya minta ke suami. Masak minta ke tetangga (bahayya, bahayya, bahayya). Dia menerima gue yang hidup miskin, terus ke sana ke mari pakek motor cicilan, buat nyari duit dengan nulis skenario. Cuma satu cita-cita gue waktu itu, membelikan dia rumah. Ya, hanya untuk dia. Satu hal yang sampai sekarang belum tercapai karena berbagai alasan.

Tapi yang namanya keberkahan itu ada saja. Karena do'a dari Ayah, Ibu, Papa dan Mama... Ternyata apa yang kami lakukan ini berbuah. Menjelang ulang tahun pernikahan ke-11 ini (masih lama sih, hehe), gue makin merasa bahwa, gak ada orang yang lebih ngerti gue selain Kinanthi. Gue mungkin tergoda dengan perempuan lain (secara pemikiran dan inspirasi), tapi kembali lagi gue hidup di dunia nyata. Mau kayak gimana cantiknya perempuan itu, yang sekarang ada di hati gue ya cuma... Kinanthi. Bukan sok membanggakan dia, cuma gak tau gue musti nyari yang model begini kemana lagi? Pasangan yang mau menerima gue tinggal di ruangan 3 x 5 meter, miskin, masak di kamar mandi, pokoknya kere, deh. Jadi sangat wajar dia mendapatkan hadiah, bahkan lebih dari sekedar rumah yang diimpikannya dulu.

Di sini saja, tanpa gue sadari Kinanthi sudah menjadi sosok yang dikagumi. Bayangin aja lebaran kemaren murid-muridnya datang ke rumah dan sungkem. Salut! Itu yang membuat gue melepaskan kesombongan yang gue punya dan memilih kesederhanaan yang ditularkan Kinanthi. Dan ternyata, bokap sama nyokap sudah merasa nyaman dengan dia. Makin tenanglah hidup gue, karena buat apa punya istri cantik tapi gak cocok sama keluarga? (pelajaran buat yang mau merit). Artinya, kalo kita orang kampung, carilah cewek kota yang respek ke kampung. Bukan cewek kota yang berasa najis kalo lihat orang kampung.

Yang gue gak habis pikir, kok bisa, ya? Ada perempuan yang dulu jadi rebutan di kampus, yang masuk kategori cewek pandai di fakultasnya, mau merit sama cowok kurus yang gayanya tengil minta ampun? Hehe... Ngaku. Cowok yang ngomongnya udah kayak calon konglomerat papan atas di republik ini, yang seakan-akan bisa menaklukkan semua masalah. Kok bisa?

Kata dia sih simpel, karena YAKIN. Satu hal yang sampe sekarang gue nggak ngerti, ternyata modal yakin itu doang, semuanya perlahan-lahan terwujud.

Maka jangan salah, kalo di sini Kinanthi lebih disegani dibanding gue. Yang lebih miris lagi, bokap sama nyokap gue lebih sayang ke dia ketimbang ke gue.

Terus siapa dong yang sayang sama gue? Siapa? SIAPA? Hiks, hiks, hiks...

  

Cerita Punya Cerita di Twitter



1.                
Antara feeling dan janji.

2.                
Bukan gak ngerti budaya, tapi para tetua suka gak bisa menggabungkan yang dulu dengan yang sekarang. Masalahnya yang nonton ini orangtua atau anak muda? Kalo budaya lama mau ditonton anak muda sekarang, ya harus ngikutin perkembangan zaman, dong!

3.                
Bicara content religius itu, bicara cara kita memandangnya. Uniknya, perbedaan cara pandang inilah yang suka jadi masalah.

4.                
Mengkritik sistem funding di dalam pembuatan film. Dengan catatan, ini dari sudut pandang gue, lho.

5.                
#RIPShaunTheSheep

6.                
Apa bener, di lapangan itu asyik bagian produksi? Hehe... Cuma curhat ajah.

7.                
Alasan saya nggak pengen apa-apa.

8.                
Tentang konspirasi dan dosen psikologi.

9.                
Oliver Stone dan Adagio String.

10.            
Sepi dan kami mencari.

11.            
Gue gak punya mimpi, lho.
https://twitter.com/Jenderal_Luten/status/386896948168384512 

Senin, 14 Oktober 2013

Pendidikan Gratis dari SD sampai SMA



Sisi positifnya ada, yaitu tentang pendidikan gratis untuk generasi mendatang. Tapi muncul pertanyaan baru... Apakah dengan berpendidikan gratis, generasi mendatang akan bisa menjawab tantangan kerja masa depan?




Minggu, 13 Oktober 2013

Yang Baik Kita Ambil, Yang Jelek Buang Aja

Sabtu, 05 Oktober 2013

Belajar Dari Seorang Jenderal