Take off jakarta pic.twitter.com/nLsei8wfva
— JUPE (@juliaperrez) November 3, 2013
Ini adalah kisah
tentang seorang cowok yang bernama Memed. Memed adalah cowok yang kalau bicara tak lebih
dari satu kalimat. Entahlah, dia selalu merasa bahwa hidup ini musti efektif.
Termasuk dalam hal bicara. Makanya saat dia berargumen masalah tugas kuliah
dengan Memes,
Memed selalu bicara pendek-pendek. Kontan Memes merasa jengkel, inilah yang
menjadi penyebab Memed dan Memes jadi musuhan.
Permusuhan Memes
dan Memed terdengar juga ke seluruh kampus. Maklum, keduanya memang aktif di
organisasi kampus. Kalau Memed aktif di organisasi film, sedang Memes aktif di
organisasi sosial. Mereka selalu bersaing jika ingin mengajukan proposal ke
Dekan. Pokoknya persaingan kedua organisasi itu sengit banget, deh. Bahkan mereka
sempat tawuran (tapi lucu, soalnya yang dilempar bukan batu, tapi kaos kaki
busuk, bakwan, bahkan celana dalam yang bolong).
Pak Soegriwo, alias Dekan di kampus, berniat mendamaikan
perseteruan keduanya. Bukannya damai, keduanya malah tambah ribut satu sama
lain. Mereka sampai membuat garis demarkasi (garis batas gencatan senjata).
Jadi bagi geng Memed tidak boleh masuk wilayah Geng Memes. Begitu juga
sebaliknya. Tapi tetap saja anak buah mereka diam-diam saling melintasi garis
tersebut. Kalau ketahuan, entah Memed atau Memes jadi ribut.
Suatu kali ada
Festival Film Pendek, Memed pengen ikutan, sekalian membuktikan bahwa dia
piawai menjadi sutradara. Tapi sayangnya Memed tidak punya kamera, satu-satunya
cara agar dapat penyewaan gratis, Memed musti pinjam ke Dudung, yang tak lain ayahnya Memes.
Dudung adalah sutradara layar lebar yang patah hati gara-gara filmnya banyak
dibajak. Makanya dia sangat benci sama pembajakan, ironi dengan kenyataan bahwa
dia jualan DVD bajakan.
Memed pun mengajak
Memes untuk damai, tapi yang namanya sebel nggak akan pernah bisa diobati. Setiap
Memed mengirim surat perdamaian lewat gank-nya, setiap itu pula Memes
mengibarkan bendera perang dengan Memed. Akhirnya Memed turun tangan sendiri
untuk menemui Memes. Dia latihan dulu supaya menghilangkan kebiasaan dia bicara
satu kalimat. Makanya Memed latihan, sampai akhirnya dia bisa ngomong panjang
lebar.
Memed pun menemui
Memes. Sambil menangis dan meratap, Memed menjelaskan bahwa apa yang dia
lakukan ini demi perfilman Indonesia. Dia tahu betul, bahwa masa depan
perfilman Indonesia itu ada di tangannya. Dia ingin menjadi sutradara. Dia
ingin Memes membantunya agar dia bisa dapat pinjeman kamera dari Dudung. Tapi
tetap saja Memes jutek ke Memed.
Di rumah Dudung
sedih, soalnya perfilman Indonesia sekarang sudah sekarat. Setiap hari yang
diomongin apalagi kalau bukan Undang-Undang Perfilman dan kekesalan dia sebab
Memes tidak berminat dengan dunia film. Ya, paling nggak sebagai anak orang
film, terpanggil gitu kek sama dunia yang dulu pernah digeluti ayahnya. Memes
bukannya seneng, malah tambah pusing. Lama-lama kepikiran juga untuk
mempertemukan ayahnya dan Memed. Maksudnya supaya Dudung nggak bakalan nyampah
ke telinga Memes tentang Undang-Undang Perfilman lagi.
Dipertemukanlah
antara Memed dan Dudung. Memes memberi kata pengantar, bahwa Memed ini adalah aktivis
perfilman di kampus. Dia sudah pernah bikin beberapa film, pokoknya pas-lah
sama selera bokapnya. Memes lebay bilang, bahwa film Memed menang festival.
Makanya sekarang mau bikin film pendek lagi, supaya kemampuannya terasah.
Giliran Dudung nanya, boleh nggak lihat filmnya? Memed ngaku, kalau waktu itu
dia menang lomba bikin poster film, jadi maaf nih, belum pernah bikin film.
Megang kamera saja belum pernah.
Untung Dudung
kepincut dengan Memed, sehingga Memes selamat dari ceramah tentang Undang
Undang Perfilman. Dudung pun mengeluarkan kamera andalannya. Dia menyebutnya,
Meriam Nyosor. Jelek-jelek gitu, kamera Dudung pernah mempopulerkan artis kayak
Meriam Bellina, Lidya Kandou, bahkan yang terakhir Evie Tamala. Maklum,
terakhir pefilman lagi seret, jadi Dudung cuman bisa nyari nafkah dari syuting
konser dangdutan. Kamera itu mungkin ketinggalan zaman, tapi paling nggak,
masih bisa merekam dan buat film.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar